Kamis, 15 Mei 2014

Ajaran Hindu Darma Tentang tuhan

Ajaran Hindu Darma Tentang Ketuhanan

Oleh
Deni Iskandar
1112032100004

A.    Konsep Tuhan

Agama Hindu pada dasarnya memiliki Konsep ketuhanan yang memang bersifat Polyteisme kemudian seiring berjalannya waktu dan juga peradaban manusia maka agama ini memiliki Konsep ketuhanan yang bersifat Monoteisme, Untuk memahami Konsep ketuhanan agama Hindu dapat di lihat dari sejarahnya di masa lalu.
Konsep ketuhanan yang dapat di lihat dalam agama Hindu memilki dua bagian yaitu agama Hindu ketika belum terkontaminasi oleh ajaran Buddhisme dan Hindu yang sudah terkontaminasi oleh ajaran Buddhisme, ada pun yang di maksud sebagai Hindu Weda ialah (Hindu yang belum terkontaminasi Oleh Hindduisme). Dan memiliki corak ketuhanan yang bersifat Polyteisme yang di manifestasikan kepada dewa-dewa.[1] Yang berjumlah tiga puluh dua Dewa, dan ke Tiga puluh dua dewa tersebut mempunyai peran dan fungsinya masing-masing dalam kehidupan Manusia.
Namun setelah Agama Hindu mulai terkontaminasi oleh ajaran Buddhisme Agama Hindu mengalami perkembangan dalam segala hal terutama dalam bidang ketuhanan, dan ini pun sejalan dengan perkembangan Masyarakat di masa itu. Ini dapat di lihat dari Konsep Tri Murti, dalam ajaran Hindu sendiri yang sebelumnya tidak mengenal mengenai Tri Murti (tiga Tokoh yang paling berperan di dalam alam semesta) Maka ajaran Hinduisme secara bertahap mengenal Konsep tersebut.  
B.     Tri Murti
Setelah Munculnya Aliran vedanata, Dewa TriMurti di pandang sebagai penggambaran dari kekuasaan Tuhan yang maha esa, yaitu Brahmana.[2] Dalam Konsep Tri Murti tersebut memiliki perubahan yang sangat serius yaitu, menegnai peran dewa wisnu yang memang dahulunya tidak memiliki peran dan Fungsi yang tidak terlalu penting setelah munculnya konsep Tri Murti, peran Dewa Wisnu menjadi sentral dalam agama Hindu dewasa ini. Dewa Wisnu dalam Tri Murti berperan sebagai dewa pemelihara di samping Brahmana.  
Dalam ajaran Hindu darma Dewa-dewa TriMurti tidak hanya manifestasi dari kekuasaan sang hyang widi wasa, (Tuhan yang maha esa) melainkan nama dewa merupakan nama suci bagi mahluk-mahluk halus yang di sucikan seperti malaikat , bidadari dan sebagainya. Sistem ketuhanan Hinduisme memiliki pengaruh besar sehingga pada nantinya dalam Buddhisme Mahayana pun terdapat Konsep TriMurti
C.     Sembahyang
Setiap agama sejatinya memilki Ritual baik agama semit maupun non semit, dalam ajaran Hindu di kenal dengan Istilah Upacara yang di maksud dengan upacara ialah memberikan sesajen kepada dewa-dewa. Menurut G.A Wilken dasar dari pada upacara kurban adalah pemujaan kepada dewa-dewa, roh nenek moyang, dan mahluk-mahluk halus yang menempati alam semesta untuk menghindari kemarahannya serta memberi kepuasannya pada mereka sehingga mereka mau memberikan bantuan (Rahmat) kepada manusia.[3] Dan upacara dalam agama Hindu tertera dalam Kitab suci agama tersebut (Weda). Kitab Sutra sebagai tafsir dari kitab Brahmana yang terdiri dari dua macam kitab yaitu Srautra Sutra, dan Gerha-Sutra.
Sraut sutra berisikan Petunjuk-Petunjuk/Upacara-upacara yang wajib di kerjakan oleh raja-raja yang di bagi menjadi tiga macam,
1.      Raja Surya yaitu upacara dalam pelantikan Raja naik tahta,
2.      Asmaweda aialah kurban Kuda yang harus di  lakukan Raja setahun sekali, sebagai kebesarana raja, (Maha raja)
3.      Purusameda yaitu korban manusia yang di berikan oleh raja, (yang kemudian di hapuskan. 
Gerha Sutra merupakan Metodologi (cara) untuk setiap kepala keluarga yang terdiri, dari:
1.      Nitya yaitu Kurban wajib di lakukan setiap hari oleh kepala keluarga terhadap roh-roh nenek moyang (pitana)
2.      Naimittika, merupakan korban yang di lakykan selama sekali seumur hidup kurban yang demikian ini hanya ada hubungannya dengan periode hidup manusia (samskra) misalnya pada saat pemberian nama, makan nasi pertama, memotong rambut pertama dan sebagainya.
3.      Upanyana ialah upacara memasuki kasta dengan pemberian upavita (tali kasta) pada umur 8-12 tahun setelah itu datanglah upacara perkawinan, dan sebagai penutup upacara ialah upacara kematian, yang berupa pembakaran manusia.
Dengan melihat banyaknya upacara dalam agama Hindu tersebut maka upacara-upacara tersebut merupakan penentu dalam hidup beragama dan dalam usaha mencapai cita-cita sebagai mana yang di cita2kan oleh agama Hindu itu sendiri.




[1] Prof. Dr. HM. Arifin. M.ed, Menguak Misteri Ajaran Agama-Agama Besar. (Penerbit, PT. Golden Terayon Press- Jakarta. 1998.
[2] Op. Cit. Hal. 62
[3] Op. Cit. Hal. 60

Tidak ada komentar:

Posting Komentar